Pulang sekolah dlm keadaan pusing. Baru aja menghadapi ujian semester II. Rencananya nyampe rumah mau langsung tidur tapi nyatanya..
aku malah buka-buka internet.
Jeng Jeng Jeng!and I end up reading some news. Judulnya sangat menarik :
Mengapa Film Komedi Horor Kian Menjamur? Simak Pengakuan Salah Seorang SutradaraPertanyaan itu memang selalu muncul di benak tiap kali ada film horor baru nongol di Indonesia.
Secara gitu judul-judulnya tidak jelas kyk "Suster Keramas", "Hantu Puncak Datang Bulan", "Raped by Saitan" ("Diperkosa Setan"... -
WTF!?). I mean seriously, Hello? Emang ga ada hal yang lebih menarik untuk diceritakan ya? Emangnya lingkungan Indonesia ini cuma seputar setan dan setan setan dan setan dan bokep!? (Oh yeaaah, hampir smua horor indonesia ada unsur seksnya..)
But anyway, mari bicarakan sutradara nya saja. Jadi dari yang aku baca sutradara ini sengaja bikin film2 kayak gini supaya hasil karya nya
membuahkan keuntungan, bukan hanya balik modal saja. Dikatakan di sini film "Suster Keramas" yang dibuatnya berhasil meraup 800rb penonton.
Like duh! Siapa yg ga penasaran ama judulnya? Suster.. Keramas? Ga cukup ya satu suster yang suka ngesot di lorong rumah sakit? Dan kenapa harus suster? Kenapa ga profesi lain kayak Kuli Keramas, Tukang Ojek Keramas, Polisi Keramas, Dokter Keramas... Kenapa SUSTER?? Are they (kuli, tukang ojek, polisi, dokter) not sexy enough to be in some sexy-horror movie?
OK, kembali ke sutradaranya. Sebelumnya dia pernah membawa proposal "Perang Paderi", yg mmbutuhkan budget sekitar Rp 20 Milyar. But he change his mind, "Kapan bisa balik biayanya? Begitulah,
menyatukan antara kreatif dengan bisnis ternyata adalah hal yang sulit," begitu kata Helfi.
Well, kalau memang film nya berguna ga ada salahnya. It's a history right? Namanya orang kreatif, harus mengambil resiko! Tapi emng sih, susah mau ngeluarin film-film bermutu (dalam segi teknologi) di Indonesia. So many crisis going on.
Rite then, I feel pity about him dan terus melanjutkan membaca artikelnya. That's when he said,
"Saya juga pernah membuat film "Mengaku Rasul" dengan plot yang rumit dan akhirnya gagal di pasaran, dan akhirnya produser kehilangan sekian rupiah yang menjadi beban moral buat saya. Sayang juga kalau industri ini malah mati lagi, pasti akan banyak tenaga kerja yang terbuang. Saya yakin ke depannya pasti ada jalan yang terbaik untuk industri film secara utuh"
Aku mengango.
"Mengaku Rasul"? What kinda title is that? Baru ngebaca nya aja aku udah langsung ga tertarik mau nonton kalau pun ada. Seriously, can he think of any other story... title?? What has he been studying all this time in school??
And now he's planning to make a movie title "True Love" yang mengangkat tema cinta dari sudut pandang yang
gelap. Awww c'mon.... Can you guys PLEASE make a normal movie?? What is it with mysteries these days??
I've watched many foreign movies, and they're all about comedy (no sex) and some are just about a group of girls. Tapi laku kok. Paling melenceng nya cuma di ciuman-ciuman (and sometimes it's more than just a Kiss) like duh, itu udah budaya mereka jadi ga masalah.
Kenapa Indonesia ga bikin cerita soal budaya Indonesia aja?Adatnya atau pengaruh Globalisasi terhadap adatnya... It's interesting dan kurasa budget nya juga ga banyak, secara adat pada umumnya tidak memakai teknologi mahal dan lokasinya juga di open field. Of course, contoh yang aku cantumkan di sini agak terlalu berat untuk di konsumsi masyarakat. Tapi bisa kan stidaknya bikin film yang ada unsur "Keindahan Indonesia" walupun cuma secuil aja. It'll be mooooree INDONESIAN like!!
Film horor Indonesia bagiku malah memperjelek nama Indonesia aja. Dan tidak ada unsur kebudayaan asli Indonesia sama sekali.
Kalau orang Amerika -or who ever it is out there- bisa mempromosikan budaya mereka melalui film, kenapa Indonesia tidak??